Mahakarya Peninggalan Hindia Belanda di Kota Surabaya
De Javasche Bank Agentschap Soerabaia
Mahakarya Peninggalan Hindia Belanda
di Kota Surabaya
Gedung De Javasche Bank
merupakan salah satu saksi bisu kejayaan perbankan sejak zaman Hindia Belanda
di Surabaya. Gedung yang merupakan cikal bakal lahirnya Bank Indonesia (BI) ini
memiliki daya tarik tersendiri dan memuat nilai historikal yang sangat kental.
Sejarah De Javasche Bank
Usai
perang Inggris melawan Perancis (Napoleon) menyebabkan kembalinya wilayah kekuasaan
Hindia Timur ke Belanda. Sejak saat itu Hindia Timur berganti nama menjadi
Hindia Belanda dan mempersiapkan berdirinya De Javasche Bank pada tahun 1828
yang berkantor pusat di Batavia. Seiring dengan perkembangan perekonomian yang
pesat, DJB mendirikan kantor-kantor cabang yang tersebar luas di wiayah Hindia
Belanda, antara lain di Kota Surabaya dan dibuka pada tahun 1829. Pada saat itu
gedung yang digunakan masih sangat sederhana dengan luas bangunan, peralatan
dan keamanan kurang memadai. Sehingga pada tahun 1910 gedung DJB Agentschap
(Kantor Cabang) Soerabaia daerah pojok Schoolpleinstraat
(sekarang Jl. Garuda No 1) dibongkar untuk dibangun kembali dengan kualitas
gedung dan fasilitas yang jauh lebih baik di tempat yang sama.
Tanggal 1 Juli 1953 kekuasaan De
Javasche Bank diambil alih (nasionalisasi) oleh pemerintah Indonesia menjadi
Bank Indonesia (BI). Gedung De Javasche Bank yang ada di Jl. Garuda 1 Surabaya
secara otomatis beralih fungsi menjadi kantor Bank Indonesia (BI) selama 20
tahun, hinnga tahun 1973 kantor tersebut tidak lagi digunakan karena kapasitas
gedung kurang memadai untuk melakukan kegiatan operasional Bank Indonesia.
Desain
dan Arsitektur
Gedung yang berlokasi di Jl. Garuda No.1 Kota
Surabaya ini dibangun pada tahun 1910 dan merupakan mahakarya megah karya arsitek
N.V Architecten-ingenieursbureau Hulswit en Fermont te Weltevreden en Ed.
Cuypers te Amsterdam sehingga gedung ini menjadi salah satu gedung paling
bergengsi di Surabaya pada zamannya. Gedung De Javasche Bank kantor cabang
Surabaya berarsitektur konservatif neo
renaissance dan dilengkapi dengan unsur tradisional berupa ukiran jepara
disetiap pilarnya. Gedung ini dibagi menjadi tiga lantai yaitu anti pertama
merupakan ruang bawah tanah, lantai kedua merupakan ruangan teller dan lantai ketiga ruang arsip.
Uniknya pintu masuk gedung ini berada dilantai bawah tanah (basement). Dibagian pintu masuk terdapat
dua buah lampu disisi kanan dan kiri lengkap dengan hiasan tanaman seakan
mengucapkan selamat datang kepada siapa saja yang akan memasuki gedung tersebut.
Memasuki lantai
pertama ruang bawah tanah (basement) kita
akan menjumpai beberapa alat penunjang kegiatan perbankan. Disisi kanan
terdapat beberapa koleksi mesin pemotong kertas, mesin penghitung uang kertas,
mesin penghancur uang kertas yang sudah tidak layak edar dan mesin pond (untuk
melubangi uang kertas dan surat berharga yang sudah tidak digunakan). Tepat
didepan mesin penghancur kertas terdapat sebuah ruangan berisi mesin-mesin yang
sedikit modern seperti mesin press, mesin penghitung uang logam dan lain-lain. Didalam
ruangan ini terdapat satu kursi unik tempat Direktur Utama beristirahat, kursi
ini disebut sebagai “kursi malas” karena bentuknya dapat diubah sedemikian rupa
menjadi kursi dengan penopang kaki.
Masih di lantai pertama, dari pintu
masuk basement jika kita berjalan
lurus terdapat dua buah ruang di sisi kanan dan kiri. Disisi kanan terdapat
brangkas tempat penyimpanan emas senilai milyaran rupiah dan benda-benda
berharga lainnya. Pintu masuk brangkas benda berharga ini terbuat dari besi
yang tebal dan sangat kokoh. Pintu ini bekerja menggunakan prinsip medan magnet
sehingga untuk membuka dan menutup pintu menggunakan sandi-sandi tertentu. Didalam
ruangan ini juga dilengkapi dengan pintu darurat apabila ada seseorang yang
terkunci dari luar.
Berbeda dengan ruang penyimpanan
barang berharga, disisi kiri terdapat sebuah ruangan yang berfungsi sebagai
brangkas tempat penyimpanan uang tunai nasabah De Javasche Bank. Pintu yang
digunakan juga terbuat dari besi yang tebal dan sangat kuat hanya saja prinsip
kerjanya lebih sederhana seperti pada pintu pada umumnya namun lebih kompleks
karena kunci yang digunakan berasal dari enam buah besi pejal di sisi samping
dan dua buah besi pejal disisi bagian bawah pintu. Pembuka pintu menggunakan
system roda berputar seperti setir nahkoda pada kapal laut.
Memasuki brangkas penyimpanan uang
kertas terdapat pembatas berupa pagar besi berbentuk jarring berwarna kuning.
Melewati pagar suatu rak berwarna kuning
seakan membelah ruangan menjadi dua bagian. Rak kuning tersebut digunakan untuk
meletakan uang kertas cash lengkap
dengan label nama pemilik dan jumlah uang yang disimpan. Disamping rak terdapat
kipas angin, selain fungsinya sebagai kipas angin tersimpan sebuah brangkas
rahasia yang teselip dibalik tembok tersebut.
Untuk
menjamin keamanan De Javasche Bank maka dipasang CCTV cermin datar yang berdiri di setiap sudut lorong kedua
brangkas tersebut. Untuk merubah posisi CCTV
hanya perlu menggeser cermin datar ke kanan atau kekiri hingga membentuk sudut
45˚. Salah satu arsitektur yang menarik
yaitu adanya aliran air jernih di bawah lantai sepanjang lorong CCTV tersebut. Konon aliran air ini
berfungsi sebagai pendingin ruangan (AC)
alami. Pendingin ruangan ini bekerja menyerupai prinsip air yang tersimpan
didalam kendi sehingga suhu dalam ruangan tersebut terasa lebih segar dan
tempat aliran air tidak pernah berlumut. Sungguh sebuah mahakarya yang sangat
menakjubkan.
Lantai kedua gedung DJB kantor
cabang Surabaya merupakan tempat transaksi perbankan dilaksanakan. Sebuah ruangan
yang sangat luas berhias lampu kuno khas peninggalan zaman Hindia Belanda,
pilar-pilar nan kokoh dengan desain atap bernuansa klasik ditambah kerajinan
anyaman tradisional yang terdapat pada bilik-bilik teller. Disisi lantai dua terdapat tangga yang menghubungkan antara
lantai dua dengan lantai tiga (rooftop) yang digunakan sebagai tempat
penyimpanan arsip dan dokumen penting nasabah De Javasche Bank.
Komentar
Posting Komentar